Kamis, 13 Oktober 2011

Cerita sedih seorang ayah

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..


Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……


Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…

Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja….

Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama….

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut…

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…

Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….

Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…

Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .

Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.

Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”

Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”.

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.

Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Papa tahu…..

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya….

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia….

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa….

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….

Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….

Papa telah menyelesaikan tugasnya….

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita…

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal…

http://radenbeletz.blogdetik.com/cerita-sedih-tentang-cinta-ayah/

Namaku Djie

Sebut saja namaku Djie…

Dan aku masih ingat ketika seorang ibu mendandaniku sehingga tampak sangat cantik sekali.

Kisah sedihku ini dimulai ketika seorang dengan wajah seram datang ke tempatku dengan mulut bau minuman, dengan suara serak meminta dengan paksa supaya aku ikut dengannya.

Kulihat dia menyelipkan uang ke tangan ibu yang menjagaku sambil menyeringai memperlihatkan deretan gigi yang hitam-hitam menjijikan. Tapi apa dayaku sehingga aku pun terpaksa ikut dengannya meski entah apa yang terjadi pada diriku ini.

Aku memang lemah dan tak punya kekuatan untuk menolaknya. Dibawanya aku pergi sehingga tak berapa lama kudengar dari kejauhan suara cekikikan wanita-wanita. Semakin dekat dengan tempat itu, aku melihat ada 4 orang laki-laki ditemani wanita-wanitanya sambil minum-minum. Ahhh minuman keras lagi?

Orang yang membawaku masuk dalam kumpulan orang-orang itu yang ternyata temannya, sambil memandangi diriku dengan penuh nafsu dan kelihatannya aku mau dimakan hidup-hidup. Tiba-tiba tangannya menyentuh diriku. Merabaku sehingga tak ada lagi di seluruh tubuhku yang tidak dijamahnya aku tak bisa berkata apa-apa.

Dan sekali lagi aku memang lemah serta tak punya kekuatan untuk menolak tingkah laku orang ini. Melihat apa yang dilakukannya pada diriku, keempat temannya ternyata tidak tinggal diam. Sambil teriak-teriak “Aku mau, aku mau donk…!!!”

Akupun juga mengalami perlakuan yang paling menyedihkan, akhirnya secara bergiliran mereka pun menjamahku dari ujung ke ujung dengan penuh kepuasan dan bukan itu saja yang mereka lakukan mereka mulai mengulum dan menghisap ujung tubuhku. Tapi tetap saja aku tidak berontak karena aku lemah dan tak punya kekuatan untuk menolaknya.

Aku begitu lemah, sehingga perlakuan keji mendatangiku berkali-kali hanya demi sebuah kepuasaan sesaat, hanya aku biarkan saja.

Dan itu pun masih terjadi sampai saat ini.

Catatan: Pada saat orang itu memaksaku pergi, dia memanggil nama lengkapku Djie Sam Soe isi 12 batang.

http://calua.isgreat.org/2008/08/29/kisah-mengharukan-dari-djie/

Cinta dalam sebuah handphone

Kisah Nyata
Kisah dari sebuah Universitas di Jakarta tentang seorang gadis muda yang baru meninggal bulan lalu.
Namanya Samara. Dia meninggal karena tertabrak truk. Samara punya seorang pacar namanya Ari. Kedua nya saling menyayangi.
Mereka selalu berteleponan. Kamu tidak akan pernah melihat Samara tanpa handphone nya.
Sampai2 dia mengganti kartu Telkomsel nya ke indosat, agar mereka berdua berada di network yang sama dan mengirit pulsa serta signal yang kuat.
Samara menghabiskan hampir setengah hari untuk mengobrol dengan Ari.
Keluarga Samara pun tahu hubungan mereka. Ari sangat dekat dengan keluarga Samara (bayangkan hubungan mereka). Sebelum dia meninggal dia selalu berkata pada teman2 nya " Kalo gua meninggal tolong kuburkan gua sama handphone gua "
dia juga mengatakan hal yang sama kepada orangtuanya.
Setelah Samara meninggal tidak ada yang dapat mengangkat peti matinya.
Saya juga berada disana. Banyak orang termasuk saya yang mencoba tapi tetap tidak bisa. Akhirnya mereka memanggil "orang pintar". Dia memegang sebatang kayu dan mulai berbicara sendiri perlahan. Setelah beberapa menit orang pintar itu berkata "gadis ini kehilangan sesuatu disini" Lalu teman2 Samara berkata kepada orang pintar itu tentang keinginannya untuk dikubur dengan handphonenya.
Kemudian mereka membuka kembali peti mati nya dan menaruh handphone serta Simcard nya. Setelah itu mereka mencoba untuk mengangkat kembali peti matinya.
Peti mati itu dapat diangkat dan dipindahkan ke mobil jenazah dengan mudah.
Kami semua yang melihat ini sangat kaget.
Keluarga Samara tidak memberitahukan tentang kematian Samara kepada Ari.
Setelah 2 minggu kematian Samara, Ari menelepon mama Samara dan berkata " Saya akan pulang hari ini, tolong buatkan masakan yang enak untukku. Dan jangan katakan pada Samara bahwa aku akan datang, aku ingin membuat kejutan untuknya "
Mama Samara menjawab " Datanglah dahulu, tante ingin memberi tahu sesuatu.
" Setelah Ari datang, mereka memberitahukan tentang kematian Samara.
Ari mengira mereka sedang bercanda, dia hanya tertawa dan berkata "
Jangan bercanda, bilang pada Samara untuk keluar, aku membawa sesuatu untuk nya."
Akhirnya mereka membawa Ari ke kuburan Samara. Lalu Ari berkata " Ini tidak mungkin. Kami berbicara kemarin. Dia masih tetap menelepon. " Ari sangatterkejut.
Tiba-tiba handphone nya berbunyi, "Lihat ini dari Samara, lihat ini..."
Ari memperlihatkan handphone nya ke keluarga Samara, dan mereka menyuruh Ari untuk menjawab. Ari menjawab telepon itu dengan memaki speaker. Mereka semua mendengar pembicaraan itu dengan sangat jelas & jernih, tidak ada gangguan apapun. Dan itu benar2 suara Samara dan sangat tidak mungkin ada orang lain yang memakainya karena Sim Card nya sudah dikubur bersama Samara.
Mereka semua sangat terkejut dan memanggil "orang pintar" untuk membantu mereka lagi.
"Orang pintar" itu membawa teman nya untuk mencari jawaban atas keanehan ini. orang pintar dan teman nya itu bekerja selama 5 jam. Dan mereka menemukan jawabannya.. ...
.
.
.
.
.
.

INDOSAT mempunyai signal yang terbaik. Kemanapun kamu pergi,jaringan nya selalu ada (he...he..he. ..he...he. .)

http://forum.detik.com/kisah-mengharukan-t27974.html

Ada apa denganmu ??

Diane dan Jack berteman baik. Mereka telah saling mengenal sejak bersekolah
dan sejak menjadi sahabat baik. Mereka berbagi semua dan apapun juga dan
menghabiskan banyak waktu bersama dalam dan setelah sekolah. Tetapi hubungan
mereka tidak berkembang namun hanyalah sebatas teman. Diane menyimpan
rahasia,kekagumannya dan cintanya kepada Jack. Dia memiliki alasan
tersendiri untuk menyimpan hal itu sendiri. TAKUT! Takut akan penolakan,
takut jika Jack tidak sebagai temannya lagi, takut kehilangan seseorang yang
dia merasa nyaman bersamanya.

Setidaknya jika dia tetap menjaga perasaannya, dia mungkin masih bisa
bersama Jack dan dengan harapan, bahwa Jack lah yang akan mengatakan
bagaimana perasaannya kepada Diane.
Waktu terus berjalan dan sekolah telah bubar. Jack dan Diane pergi ke arah
yang berlainan. Jack melanjutkan studinya ke keluar negeri, sedangkan Diane
mendapatkan pekerjaan. Mereka tetap saling berhubungan, dengan surat, saling
mengirimkan foto masing-masing dan saling mengirimkan hadiah. Diane merindukan Jack akan kembali. Dia telah memutuskan bahwa dia memiliki
kekuatan untuk mengatakan. Dan tiba-tiba, surat dari Jack terhenti. Diane
menulis kepadanya,tetapi tidak ada jawaban.
Dimana dia? Apa yang terjadi? Banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Dua
tahun berlalu dan Diane tetap berharap bahwa Jack akan kembali atau
setidaknya mengiriminya surat. Dan doanya terkabul.
Dia menerima surat dari Jack, mengatakan...! " Diane, aku punya kejutan
untukmu... temui aku di bandara pukul 7 malam. Aku tidak kuat menunggu untuk
menemuimu lagi. Cinta dan cium Jack"
Diane berbunga-bunga. Cinta dan cium, berarti banyak bagi seorang wanita
yang belum merasakan cinta sebelumnya.
Dia begitu gembira atas kata-kata itu.
Ketika harinya telah tiba, Diane menunggu dengan cemas. Dia memakai pakaian
terbaiknya dan berusaha terlihat secantik mungkin. Dia mencari Jack kesana
kemari. Tetapi tidak dilihatnya Jack. Kemudian datang seorang wanita dengan
pakaian ketat berwarna biru yang seksi.
Dia begitu perhatian melihat Diane, "Hai! Aku Jacelyn, temannya Jack. Kamu
Diane?" tanyanya. Diane menganggukkan kepala. "Maaf, aku punya kabar buruk
bagimu. Jack tidak akan datang. Dia tidak akan datang lagi," kata wanita
itu, sambil meletakkan tangannya di pundaknya Diane.
Diane tidak dapat mempercayai hal yang dia dengar!!! Apa yang telah
terjadi?? Diane bingung, dia amat sangat khawatir sekali dan wajahnya
menjadi pucat.
"Dimana Jack? Apa yang terjadi padanya??? Katakan padaku..." Diane memohon
kepada si wanita.
Si wanita melihat dengan cermat ke Diane dan dia menepuk pundak Diane dan
mengatakan..........










"ALAMAK DIANE... INI IKE JACK...APAKAH IKE TERLIHAT CANTIK SEKARANG?
AIH....AIH......YEY TIDAK DAPAT MENGENALI IKE LAGI YAH??? IHHH...SEBEL
DEH.....!!! .......
Dan kemudian Diane langsung pingsan.....

http://healinggetaway.blogspot.com/2006/07/cerita-mengharukan.html


Kisah seorang anak yang mengurus pemakamannya sendiri

Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki
sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah
seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama
delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah 'saya
pernah datang dan saya sangat penurut'.Anak ini rela melepaskan
pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan
sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese
seluruh dunia. Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian,
yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang
menghadapi kematian, dan dia rela melepaskan pengobatannya.Begitu
lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia
hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya.

Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She
Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu.
Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan
hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin
tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.

Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat
dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan
rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang
kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat
selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12. Melihat anak
kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah,
papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka
kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya
memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, "Saya
makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan". Kemudian
papanya memberikan dia nama Yu Yuan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang
membesarkan seorang anak, tidak ada ASI dan juga tidak mampu
membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan
air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi
lemah dan sakit- sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan
sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan
bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para
tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar walaupun dari kecil
sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan.

Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan
tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar
biasa.

Mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan
pekerjaan rumah, mencuci baju, memasak nasi, dan memotong rumput.

Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan
anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua,
sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya
mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi
seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi
sedih dan marah. Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri
sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di
sekolah.

Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi
bangga di desanya.

Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk
papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya
diceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan
mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya. Setiap
kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia.
Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi
bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.

Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada
suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa
air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal
dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan
pendarahan tersebut sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas
desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga
mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai
bermunculan bintik- bintik merah. Dokter tersebut menyarankan
papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.
Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena
antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi
yang panjang untuk menutupi hidungnya.

Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir
dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian
mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar
dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil
tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk
diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan
terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal
yang memerlukan biaya sebesar $ 300.000. Papanya mulai cemas
melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya
memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai
cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang
yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil
keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu
satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang
singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya
yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus, dalam hati Yu Yuan
merasa sedih.

Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun
mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. "Papa, saya
ingin mati". Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan,
"Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati?". "Saya adalah anak
yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga,
tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah
sakit ini."

Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal
huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak
yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah
pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki
permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia
ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada
papanya, "Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya
lihatlah foto ini".

Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota
dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang
dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan
corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dia tidak rela
melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto.

Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin
berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada
akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.

Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di
surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun
yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin. Setelah mengetahui
keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan
sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita
tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri
dan akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng.

Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang
sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke
seluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk
menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara
panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang. Hanya dalam waktu
sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese di dunia saja telah
mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi.

Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih
semua orang. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan
tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah
tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu
demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua
orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di email
bahkan menulis, "Yu Yuan, anakku yang tercinta. Saya mengharapkan
kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat
kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan
sehat.

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan
menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang
sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan
alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima
pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu kaca
tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk
diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum
padanya.

Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan
proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat.

Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan
tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan
pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari
depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak
berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan dari lahir
sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang
ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi
anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.
Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu
memanggil dengan sebutan Shii Mama.

Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian
dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik". Semua orang
mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan
hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk
Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email.
Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang
menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan di
pencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah
putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang
pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi
sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak
leukemia yang lain fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah
melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah. Pada
tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan,
"Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?". Wartawan
tersebut menjawab, "Karena mereka semua adalah orang yang baik
hati". Yu Yuan kemudian berkata, "Tante, saya juga mau menjadi
orang yang baik hati".

Wartawan itu pun menjawab, "Kamu memang orang yang baik. Orang
baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin
baik".

Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan
diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat wasiat saya."

Fu Yuan kaget sekali, membuka dan melihat surat tersebut. Ternyata
Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri.
Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang
menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman
surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan,
tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.
Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih
ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam
belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Dia
juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada
orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat
kabar. "Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong
jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa
dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin
palang merah.

Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada
orang- orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh".

Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang
membasahi pipinya. "Saya pernah datang, saya sangat patuh",
demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 Agustus, karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan, Yu
Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk
bertahan hidup. Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan
mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan
di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun
secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan
transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat
hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang
ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa
membantunya.

Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya
meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan
ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air
sungguh telah pergi ke dunia lain. Di kecamatan She Chuan, sebuah
email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak
yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga
yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan
pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas
langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah....." demikian
kata-kata dari seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan
gerimis. Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan
menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu
Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan
yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi
orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang
diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan. Di depan kuburannya
terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu
nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30
November 1996 - 22 Agustus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan
singkat riwayat hidup Yu Yuan.

Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima
kehangatan dari dunia. Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana
540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita
leukimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan
itu adalah :

Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian,
Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari
keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang
melawan kematian. Pada tanggal 24 September, anak pertama yang
menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil
melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut
wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan
Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami
diatas sana.

Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya
dengan kata-kata 'Aku pernah datang dan aku sangat patuh'".

Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati. Seorang anak
kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi
kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan
ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan
respon yang luar biasa dari kalangan dunia. Walaupun hidup serba
kekurangan, dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah
contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama,
berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit
kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi
dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang pengasih.

Penyesalan ( hadiah sang ayah )

Seorang pemuda sebentar lagi akan diwisuda,sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.

Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-
satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya,
bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan keteman-temannya.

Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,... bukan sebuah kunci ! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu


terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku ? " Lalu dia membanting Kitab Suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak
bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelak terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu, masih
terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu. Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, "Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan Tuhan Maha Kaya dari segala apa yang ada di dunia ini"
Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Kitab Suci itu. Dia memungutnya,.... sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi
pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu. Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport
yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia
menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati........

SEBERAPA MAHAL DAN BERHARGANYA KITA PERNAH KEHILANGAN SEBUAH BARANG, NAMUN TAK SEMENYESAL JIKA KITA KEHILANGAN ORANG-ORANG YANG KITA CINTAI (Sebelum kita meminta maaf padanya)...
Seorang pemuda sebentar lagi akan diwisuda,sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.


Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-
satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya,
bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan keteman-temannya.

Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,... bukan sebuah kunci ! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu


terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku ? " Lalu dia membanting Kitab Suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak
bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelak terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu, masih
terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu. Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, "Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan Tuhan Maha Kaya dari segala apa yang ada di dunia ini"
Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Kitab Suci itu. Dia memungutnya,.... sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi
pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu. Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport
yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia
menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati........

SEBERAPA MAHAL DAN BERHARGANYA KITA PERNAH KEHILANGAN SEBUAH BARANG, NAMUN TAK SEMENYESAL JIKA KITA KEHILANGAN ORANG-ORANG YANG KITA CINTAI (Sebelum kita meminta maaf padanya)...

http://www.dalimunthe.com/2010/01/kumpulan-cerita-sedih-dan-mengaharukan.html

Kamis, 24 Maret 2011

Pernikahan Menjelang Kematian (Kisah Nyata)

Katie Kirkpatrick (21), mengidap kanker ketika akan merayakan hari terbaik dalam hidupnya. Katie diserang penyakit kanker, pernapasannya terganggu, bahkan ia harus menggunakan tabung oksigen untuk membantunya bernapas. sakitnya tidak tertahankan, bahkan morphin pun tidak bisa menahan rasa sakitnya. Organ² tubuhnya mulai melemah tapi itu tidak menghentikannya untuk menikahi nick (23), yang telah ia cintai semenjak kecil.
Katie (21), memegang obatnya beberapa saat sebelum ia tidur karena pengaruh morphin yang telah ia gunakan. Ia terserang kanker paru-paru..

Sehari sebelum pernikahannya, katie dalam keadaan yang sangat menyakitkan. Ia menggunakan morphin dan obat²an untuk membantu menghilangkan sakitnya

Katie menderita kanker stadium akhir dan menghabiskan beberapa jam setiap harinya untuk terapi. Terlihat Nick sedang menunggu Katie sampai selesai, ini adalah salah satu dari sekian banyak sesi Kemoterapi Katie.
 
Dalam kesulitannya dalam menahan rasa sakit, kegagalan organ, dan morphin, Katie tetap mau melaksanakan acara pernikahannya dan memperhatikan setiap detail. Gaun pengantin perlu diperkecil beberapa kali karena Katie terus menerus kehilangan berat badannya.

 
Katie (21) dan Nick (23), seorang sheriff yang ia kenal sejak kecil, menikah di Gereja Hazel Park, Sabtu, 15 Januari 2005.

Pernikahan dengan aksesoris yang tidak biasa dengan selang oksigen, Katie memakainya baik dalam upacara dan resepsi pernikahannya. Pasangan yang lain di gambar atas adalah Orang Tua Nick. Ikut bersuka cita melihat anak laki²nya menikahi sang pujaan hati, teman smunya.

Katie, di kursi rodanya dengan selang oksigen, mendengarkan sebuah lagu dari suaminya dan teman2nya.
 
Dalam resepsi, Katie perlu beberapa kali istirahat. Rasa sakitnya membuat ia tidak bisa berdiri lama2.


Katie meninggal 5 hari kemudian setelah pernikahannya. Melihat seorang wanita yang sakit kritis dan lemah melakukan pernikahan dan dengan sebuah senyuman di wajahnya membuat kita berpikir….. Kebahagiaan bisa dicapai, tidak perduli bisa bertahan berapa lama. Kita seharusnya tidak membuat hidup kita menjadi rumit. 

Jumat, 18 Maret 2011

Kamis, 17 Maret 2011

Rabu, 16 Maret 2011

Maaf papa kena PHK

Pa, seminggu lagi kan lebaran. Kapan kita beli baju baru,”
“Iya Bu, Papa sudah memikirkannya kok. Nanti kalau ada waktu kita pergi belanja sama-sama”, jawabku pada istri tercinta walau ia sering buat jengkel.
“Kalau ada waktu? Emangnya Papa sudah punya uang? Kenapa tidak pagi tadi saja, kan Bapak libur. Kasihan anak-anak”, balas istriku, Arini.
Kasihan sama anak-anak, omong kosong. Aku tahu dia sendirilah yang sampai sekarang masih doyan shoping. Tabiat buruk yang ia tularkan pada anak kami, ironis, gumamku dalam hati.
“Tenang saja Bu, Insya Allah nanti juga kita bisa belanja.”
“Insya Allah. Tapi kapan Pa, kapan? Wong lebaran sudah seminggu lagi, uang buat belanja hari lebaran juga belum Bapak kasih”, kata istriku dengan sifat aslinya, ketus, judes. Bawaan keluarga besarnya yang pongah. Keluarga yang doyan materi.
Ketika keadaan seperti ini, aku baru sadar, aku menikahi gadis yang salah. Andai dulu aku menuruti pada orang tua, jika saja waktu itu aku tidak terbius kecantikan rupa, mungkin kehidupanku akan lebih baik. Tapi apa mau dikata, aku terlanjur mencintai dia walau Arini terkadang masih memandangku sebelah mata, pandangan yang menomorsatukan harta dan tahta.
“Bu, sudah malam. Istirahat yuk, soalnya besok Papa harus keluar kota, ada tugas perusahaan”, kilahku.
“Lho, kok mendadak sih Pak. Enggak seperti biasa. Rencananya nanti berapa hari Pak?” selidik istriku yang memang cerewet. Apalagi setelah kelahiran anak ketiga kami, bukannya berubah, malah makin menjadi.
“Belum tahu Bu, karena pihak perusahaan belum ngasih kejelasan.”
Dari balik gorden yang sempit langit terlihat gelap, tanpa hiasan rembulan. Malam yang suram, sesuram hati dan pikiran Warmidinata, pegawai yang bulan lalu masih menjadi orang kepercayaan perusahaan. Sekalut jiwa dan perasaan seorang kepala rumah tangga, ia tidak rela harus kehilangan keluarga bila mereka mengetahui statusnya di perusahaan.
Mentari sudah bercokol di jidat langit, indah. Menggusur tahta embun pada batang-batang daun. Menemani sajak-sajak Kutilang yang terdengar kian merdu dari teras rumah sederhana, kediaman Warmidinata, tempatnya mencoba menjadi yang terbaik bagi mereka.
“Anak-anak, Papa akan pergi keluar kota, kalian baik-baik di rumah ya, jangan nakal sama Dea. Nanti kalau Dea rewel mama kalian juga yang repot”, kataku di sela-sela sarapan.
“Emangnya Papa mau kemana sih? Besok kan libur Pa, terus kapan Nina beli baju barunya? Teman-teman Nina sudah pada beli lho pa, bagus-bagus. Masa sih Nina kalah sama mereka Pa”, jawab anak sulung Warmidinata dengan polosnya. Sakit hatinya mendengar permintaan itu, sifat yang mestinya tidak Arini wariskan pada kedua anak mereka.
“Iya lho Pa. Padahal orang tua teman Nina kan tidak ada yang kerja kayak Papa. Oh ya Pa, sekarang di Jti Apit Mall lagi banjir diskon lho. Kemarin saja tetangga sebelah kita mborong, keren-keren Pa”, tambah istrinya.
“Iya-iya. Nanti kalau urusan Papa sudah selesai, kita pergi belanja”, Warmidinata mencoba menghibur mereka. Setelah Warmidinata menyakinkan mereka, akhirnya keluargapun mempercayai, walau sebenarnya besokpun Warmidinata tidak ada tugas dari perusahaan, tempatnya mencari nafkah keluarga dulu, sesuatu yang membuat keluarganya pongah.
Ya Tuhan, inikah cobaan-Mu, hatinya mengiba.
Sudut kota masih terlihat lengang, lalu lalang kendaran belum begitu terlihat, maklum libur nasional, hari buruh sedunia. Dengan pakaian resmi kantoran Warmidinata pergi meninggalkan mereka, keluarga tercinta. Entah sampai kapan ia akan terus berlari, terus menghindar kenyataan dunia, demi cinta dan sayangnya pada keluarga.
“Ma, Papa pergi dulu yah. Nanti kalau sudah sampai di sana Papa kabari, kalian jaga diri baik-baik ya. Papa akan segera kembali setelah urusannya selesai”, ucapan terakhirku pada mereka.
Whus, udara pagi langsung menyalami Warmidinata ketika pintu terbuka. Kutilang masih asyik dengan iramanya, menari menemani kepergian sang juragan, entah lara ataukah bahagia.
*****
Rembulan terlihat riang di jidat langit, ia asyik bermain awan dengan ribuan bintang, maha kuasa Dia yang telah menciptakan alam semesta, bukti keagungan-Nya bagi mereka yang memanfaatkan alam pikiran.
“Ma, Papa pergi kemana sih, kok belum pulang-pulang juga. Besok teman-teman ade ngajak pergi belanja” kata Rina memanja, adik Nina.
“Iya nih Ma, kapan sih Papa pulang” Ujar Nina ikut-ikutan.
“Emang kalian saja apa yang menanti Papa pulang, mama juga. Lihat nih daftar kebutuhan kita buat lebaran, mau dibeli pakai apa, kertas? Kemarin kata Papa kalau sudah sampai mau ngubungin kita, tapi nyatanya, sudah dua hari Papa kalian pergi, belum juga ada kabar”, kata Arini.
“Mungkin Papa kalian sangat sibuk, nanti juga pulang kok”, sang Mama menenangkan.
Televisi masih terus membodohi pemirsa dengan programnya, mencekok hidung pemirsa, termasuk keluarga Arini.
“Nin, udah malam. Cepat ajak adikmu tidur sana, nanti kesiangan lagi”, Arini coba mengingatkan.
“Iya Ma, nanti sebentar lagi, ade belum ngantuk kok” jawab Rina.
“Iya nih, nanggung Ma. Nanti kalau acaranya selesai kita tidur kok. Iya kan Rin?”, tambah sang kakak.
“Setuju!” Rina kegirangan.
“Ya Sudah, Mama kedalam dulu. Mama mau manemani Dea. Jangan lupa nanti dimatikan ya pesawatnya”, balas Arini.
Jalan kota mulai lengang, malam minggupun berlalu sudah. Akhir pekan yang suram bagi Nina dan Rina, tanpa acara. Dari balik kamar, sambil menemani Dea, sang bungsu, Arini mendengar kedua anaknya sudah masuk kamar. Pikirannya kalut. Dia mulai berpikir macam-macam tentang apa yang sebenarnya sedang dialami sang suami. Tidak seperti biasa ketika sang suami pergi, paling tidak sehari sekali memberi kabar. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, Arini hanya mengira sang suami tidak bisa menghubungi lantaran sibuk.
Tidak! Mana mungkin Papa berubah. Warmidinata masih sayang padaku, apalagi anak-anak. Tapi kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi? Atau jangan-jangan terjadi sesuatu padanya? Ah, besok pagi aku harus mencari tahu, setidaknya lewat perusahaan. Isak hatinya.
Sinar mentari sejuk menyapu taman kota, menyegarkan. Langit nampak cerah, secerah raut bayi yang terlahir tanpa dosa. Surya kian merangkak, menemani Arini menghibur ketiga buah hatinya, keluarga yang sedang dirundung gulita.
Setelah pihak perusahaan memberikan konfirmasi bahwa suaminya sudah lama tidak bekerja di sana, satu bulan yang lalu. Arini siang itu mondar mandir kesana kemari, mencoba mencari kabar tentang Warmidinata, suaminya. Dia panik, bingung, tidak tahu harus kemana lagi. Semua relasi suaminya telah dihubungi, namun tetap tidak ada sebuah petunjuk. Hanya satu hal yang ia tahu, suaminya kena PHK (putus hubungan kerja) sebulan yang lalu.
Siang yang melelahkanpun berlalu, meninggalkan setumpuk pertanyaan buat Arini, kemana sang suami pergi, bekerja dimana setelah keluar dari perusahaan, ataukah…, terbayang kejadian-kejadian yang dia rasa dulu sangat menekan sang suami, kejadian yang dipenuhi ego, ego seorang istri yang tidak tahu terima kasih. Apalagi kalau suaminya di PHK sebulan lalu, ah, waktu kedua anaknya berulang tahun. Dari manakah dia memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan pesta. Arini masih ingat bagaimana raut Warmidinata sangat dirinya meminta mengadakan pesta, ekspresi terpaksa yang menyetujuinya.
Apalagi bila ia ingat bagaimana dulu, ketika keluarganya ‘pasang harga’ saat Warmidinata melamar dirinya. Harga yang memang lewat persetujuan Arini, gadis impian lelaki. Ia sadar, berkat anugerah wajah yang rupawan, sang suami amat sangat mencintainya. Malam itu ia merasa sudah terlalu manja, sudah waktunya dia sadar akan keberadaanya sebagai seorang istri dan ibu bagi ketiga anaknya. Arini merasa berdosa. “Pa, Papa dimana. Maafkan Mama ya Pa”, sambil menimang Dea hati Arini berbisik.
Ia sengaja menyembunyikan ihwal itu pada keluarga, Arini masih mengharap ayah ketiga anaknya hadir di hari lebaran nanti, dua hari lagi. Ia tidak tahu harus jawab apa bila nanti sang ayah tidak pulang. Apalagi kemarin dia sudah berbohong demi ketenangan anak-anaknya, ia bilang kalau Papa mereka akan pulang malam takbiran sambil membawa semua kebutuhan, makanan dan pakaian.
Malampun berlalu, menyongsong lebaran di lusa waktu, tinggalkan Arini yang kian bingung tak menentu.
*******
Mendung masih nampak diujung kota, menganga. Sedang sisa hujan nampak berdesakan di kubangan jalan raya menghindari tindasan roda-roda karet baja. Sayup-sayup gema takbir menggelitik gendang telinga. Lebaran telah tiba.
Di ujung-ujung jalan nampak kambing terikat, putih dan gagah. Sementara anak-anak kesana kemari mengitari sudut sekolah, tertawa dan bercanda, mencoba memaknai arti idul adha, walau mereka tak sepenuhnya bisa. Seperti mereka yang tak mampu menggapai dunia, terhanti di persimpangan kehidupan, tenggelam di kubangan jalan setapak, jalan rimbun penuh sorak sorai penguasa. Memilukan.
Di balik beton pecah yang ujungnya masih terlihat cerah, entah siapa dan apa yang mampu membelahnya, dengan tatapan kosong penuh kesah, Warmidinata seorang diri menikmati gaung takbir dari istana barunya, istana pengobat rindu dan lara. Entah sampai kapan ia menjadi raja. Ketika semua petuahnya berbuah tindakan. Saat kata-katanya lepas dari jeruji keangkuhan, ketika dia merdeka. Merdeka sebagai seorang ayah, merdeka menjadi kepala keluarga.
Takbir mulai mengerucut, menciut, hingga kini tak ada lagi getara-getaran hati, takbir menghilang dalam kegelapan. Malam sudah larut, penakbir terbius mimpi yang merajut.
Namun tidak dengan Warmidinata, dengan sebilah pisau yang runcing dia mulai menghias tembok.
Maafkan saya Ma. Nina, Rani, Dea, maafkan Papa nak, Papa tidak lagi bisa berbuat apa-apa. Papa meninggalkan kalian dalam keterlantaran, itupun menurut kalian. Andai kalian merasakan kehidupan yang lain, mungkin kalian akan sangat bersyukur dengan apa yang telah Papa berikan. Tapi…, sudahlah. Sungguh, bukan hati Papa tak lagi mencinta. Semua demi kalian, demi senyum mereka, seyum Mama, satu-satunya wanita yang Papa cinta.
Nak, mungkin kalian tidak akan bertemu Papa jika membaca goresan ini, itupun kalau kalian punya kesempatan. Atau mungkin ada orang yang membacakannya untuk kalian, mudah-mudahan.
Anak-anakku sayang, jaga Mama kalian baik-baik. Patuhilah perintahnya. Tapi ingat satu hal, jika kalian sudah dewasa, ketika mampu menyaring benar dan salah, pikirkan kembali apa yang telah kalian biasakan selama ini, karena kebiasaan yang tidak biasa mungkin terkesan biasa-biasa saja.
Izinkan Papa pergi jauh, dan entah dimanakah Papa akan sampai. Kalau kemarin Papa dengar di pengajian Papa akan singgah di neraka jahannam. Entah benar atau tidak. Kalian tahu kan, keluarga kita jauh dari agama, jauh dari ketenangan jiwa. Apalagi Papa, waktu Papa habis mencari harta dan tahta, demi kalian. Kalian yang tak pernah mengerti posisi Papa, kalian yang selalu meminta.
Ma, mungkin jalan inilah yang pantas Papa tempuh. Setelah dua bulan Papa di PHK, kini Papa bingung mau kerja apa. Tempat Papa yang sekarang juga bangkrut Ma. Usaha yang andai kalian tahu, pastilah kalian merasa terhina, pekerjaan apa adanya dari seorang Warmidinata. Ma, semoga Mama mau berubah dan merubah mereka. Tolong, jangan jadikan mereka seperti Mama.
Ma, Ku doakan Mama dapat Papa baru yang jauh lebih baik dari Papa. Selamat tinggal.
Kehidupan kembali hidup ketika takbir kembali mengguncang Toa tua, hari yang bahagia, idul adha. Setidaknya bagi mereka yang hari ini berhari raya, menanti secuil daging domba dengan canda dan tawa.
Beton itu kini berubah warna, berlapis kentalan warna merah, membalut lingkaran lengan Warmidinata. Ia terlihat pulas, entah kapan ia akan terjaga. Mungkin, ketika keluarganya telah usai beridul adha.
Takbiran, 1429 H.
Oleh : Alfa RS

http://wiralodra.com/2010/09/maaf-papa-kena-phk/





Template by:

Free Blog Templates